Selasa, 20 Juli 2010

Impor Subutex dan Suboxone Dihentikan


Impor Subutex dan Suboxone Dihentikan



BANDUNG, (PRLM).- Dua merk obat untuk substitusi para pecandu narkoba, subutex dan suboxone, sudah tidak bisa diperoleh lagi karena impornya dihentikan. Akibatnya, para pecandu yang sedang dalam proses penyembuhan dengan menggunakan subutex atau suboxone terancam risiko untuk kembali lagi menggunakan obat jalanan semacam putaw.

Dari diskusi dengan para relawan dari Rumah Cemara, Selasa (20/7) di Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung, terungkap, dengan dihentikannya impor subutex dan suboxone, para pecandu yang sedang menjalankan terapi dengan menggunakan subutex atau suboxone bisa kehilangan pengganti obat kecanduan mereka. Dikhawatirkan, mereka yang sedang menjalani proses penyembuhan itu tidak akan kuat mengatasi rasa sakit dari kecanduannya, dan dengan mudah akan kembali lagi menggunakan putaw atau obat jalanan lainnya.

Dari diskusi itu juga terungkap, bahwa mereka yang sedang menjalani terapi dengan menggunakan subutex atau suboxone tidak akan mudah untuk beralih ke terapi metadon. Pasalnya, akan muncul beberapa efek samping terhadap tubuh mereka, misalnya muntah-muntah dan kejang.

Dikonfirmasi secara terpisah, Media Officer Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Jabar, Tri Irwanda, membenarkan adanya penghentian impor obat substitusi oral dengan merk dagang subutex dan subuxone. Tri juga mengatakan, pernah mendengar bahwa mereka yang sedang dalam terapi menggunakan subutex atau subuxone akan menghadapi kesulitan dalam peralihan ke terapi metadon, karena efek samping terhadap tubuh. "Tetapi untuk kepastiannya lebih baik ditanyakan ke dr. Teddy Hidayat (kepala Program Terapi Rumatan Metadon RSHS -red)," kata Tri.

Saat dikonfirmasi melalui telefon, dr. Teddy Hidayat membenarkan penghentian impor subutex dan suboxone. Pasalnya, kata Teddy, pemerintah mengeluarkan undang-undang baru tentang narkotika, yaitu UU No. 35 tahun 2009 menggantikan UU No. 22 tahun 1997.

Di dalam UU No.35 tahun 2009, zat buprenorphine oral seperti yang digunakan oleh merk dagang subutex dan suboxone dimasukan ke dalam kategori narkotika. Sedangkan sebelumnya, di UU No. 22 tahun 1997, buprenorphine oral dikategorikan sebagai psikotropika. "Karena masuk di dalam kategori narkotika, maka yang berwenang mengimpornya hanya PT Kimia Farma, sedangkan subutex dan subuxone diimpor oleh Schering Plough Indonesia. Dengan perubahan kategori itu, saya tidak tahu apakah Kimia Farma mau mengimpor subutex atau tidak," kata Teddy.

Namun demikian, Teddy membantah jika para pecandu yang sedang terapi dengan menggunakan subutex atau suboxone akan kesulitan untuk beralih ke metadon. Malah sebaliknya, Teddy menganjurkan mereka untuk beralih ke terapi metadon, karena lebih aman dan legal.

"Sebenarnya banyak orang di kelompok terapi subutex yang menyalahgunakan obat itu. Seharusnya subutex atau suboxone digunakan dengan disimpan di bawah lidah, tapi banyak yang malah menggunakannya dengan cara disuntik. Itu artinya mereka yang menggunakan subutex belum benar-benar ingin sembuh. Sedangkan yang di kelompok terapi metadon, mereka lebih stabil dan ingin sembuh. Jadi saya anjurkan mereka untuk beralih ke metadon, daripada kembali lagi menggunakan putaw," jelas Teddy. (A-132/A-147)***

Rabu, 14 Juli 2010

KEGIATAN MOS



Periode Januari-Juni 2010, 148 Warga Ngidap HIV/AIDS

BATAM CENTRE- Penderita HIV/AIDS di Batam pada periode Januari- Juni 2010 mencapai 148 orang. Delapan orang di antaranya meninggal dunia. Diperkirakan penderita HIV/AIDS ini akan terus meningkat hingga pengujung 2010.

Hal ini disampaikan Kepala Kesekretariatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Batam, Pieter P Pureklolong saat memberikan penyuluhan tentang informasi dasar HIV/AIDS dan Kesehatan Reproduksi (Kespro) pada program masa orientasi sekolah (MOS) di SMA Yos Sudarso, Batam Centre, kemarin.

Berdasarkan data, kasus HIV pada 1997-2009, tercatat 1.339 orang pengindap penyakit yang mematikan tersebut. Dari 1.339 itu, 58 persen wanita, dan 42 persen laki-laki. Sementara pengidap AIDS sebanyak 441 orang, wanita 43 persen dan laki-laki 57 persen. Meninggal dunia sebanyak 93 orang.

Penyakit HIV kata Pieter, diibaratkan fenomena gunung es, karena kenyataan yang ditemui di lapangan hanya menunjukkan sebagian kecil, namun realitas yang lebih utuh jumlahnya bisa lebih banyak.

Dia menambahkan, bertambahnya pengidap baru HIV di satu sisi patut disesali,tapi di sisi lain menunjukkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke klinik semakin meningkat.

Para pengidap baru yang ditemukan sebenarnya sudah lama mengidap HIV. Hanya, baru akhir-akhir ini mereka mau memeriksakan diri sehingga diketahui kalau menderita HIV. “Masih banyak masyarakat yang termasuk resiko tinggi terkena HIV belum mau memeriksakan diri,sehingga mereka tidak mendapatkan penanganan jika ternyata memang terjangkit penyakit mematikan itu,”ujarnya.

Ia menjelaskan, penemuan pengidap HIV baru bisa menjadi upaya untuk menekan kasus.“Ketika penderita baru ditemukan akan diikuti dengan langkah pengobatan,”ucapnya.

Tindakan pengobatan diharapkan membuat pengidap tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain. Meningkatnya jumlah penderita HIV dipicu ketidaktahuan bahwa dia sudah tertular virus tersebut. ”Akibat ketidaktahuan tersebut, penderita secara tidak sadar telah menularkan ke pasangannya sehingga penularan HIV semakin cepat.

Hasilnya, HIV menjangkiti ibu rumah tangga dan anak-anak,” tutur Pieter. Kondisi ini menyebabkan banyak pasien terdiagnosis dalam keadaan stadium lanjut dan menyebabkan kematian.

MOS


Sebanyak 1.700 siswa tingkat SMA/SMK Batam mengikuti penyuluhan tentang informasi dasar HIV/AIDS dan Kesehatan Reproduksi (Kespro) melalui program masa orientasi sekolah (MOS) tahun ajaran 2010-2011. Kegiatan tersebut kerja sama antara Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP & KB) Kota Batam dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Batam dengan melibatkan beberapa LSM peduli AIDS Kota Batam.

Kegiatan penyuluhan tersebut selama tiga hari berturut-turut, Senin- Selasa-Rabu (12-13-14/7). Pada hari pertama digelar di SMKN 6 Punggur, SMAN 3 Batam Kota, SMAN 2 Belakang Padang, SMK Kartini Batu Batam, SMK Permata Harapan 1 Baloi.

Hari kedua, Selasa (13/7) dilakukan di SMK Teladan Sagulung, SMAN 14 Batu Ampar. Dan kegiatan hari terakhirnya, Rabu (14/7) di SMA Yos Sudarso Batam Centre.

"Penyuluhan ini penting diberikan kepada adik-adik pada kesempatan MOS. Agar mereka memiliki pengetahuan yang tepat dan benar tentang HIV/AIDS sehingga sejak dini mereka berperan serta mengambil tanggungjawab dalam menciptakan Batam sebagai kota yang sehat," kata Pieter.


Kedepan, lanjut Pieter, penyuluhan ini akan lebih luas mencakup semua sekolah yang ada di Batam. "Saya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Disdik maupun kepada semua Kepala Sekolah dengan senang hati memberikan dukungan dan kemudahan, sehingga para penyuluh dapat memberikan penyuluhan dengan lancar," kata Pieter.


Ketua MOS SMA Yos Sudarso, Vincent Tantri mengaku kegiatan ini sangat positif bagi siswa- siswi SMA, agar mereka tidak mudah terjerumus ke hal-hal yang negatif. Dengan kegiatan ini, dia berharap agar ke depan dapat dilakukan secara kontinyu, agar para siswa siswi mengetahui tentang bahaya melakukan hubungan seksual secara bebas maupun hal-hal lain yang akan merusak kesehatan diri sendiri, kata Siswa Kelas 11 IPA I ini. (sm/li)